Kamis, 06 Agustus 2009

Visi Misi - Presnas - Damairia Pakpahan




Profil Damairia Pakpahan (Damai)



Damairia Pakpahan (biasa dipanggil Damai), lahir di Bandung 28 April 1965 dari ibu Sere Harianja dengan almarhum Augustar Pakpahan namun sejak 7 bulan diasuh almarhumah Mariani Simanjuntak. Dibesarkan dalam keluarga beragam jadi sudah terbiasa dengan perbedaan. Damai sudah aktif dalam gerakan perempuan sejak tahun 1988, didahului dengan kerja sukarelawati sebagai organizer atau pendamping anak jalanan dan ibu-ibu miskin kota selama 4 tahun. Dalam waktu yang hampir bersamaan juga, aktif dalam gerakan mahasiswa melawan penindasan rejim Suharto. Hal ini membuat Damai terlibat dalam perjuangan hak asasi manusia di Indonesia, mulai dari isu petani, hak tanah, buruh (termasuk Marsinah), Timor Leste, Aceh, Papua, korban 1965 dan sebagainya.


Damai adalah salah seorang pendiri Rumpun Tjoet Nyak Dien (RTND dan juga Rumpun Gema Perempuan (RGP) yang bekerja bersama dan untuk hak-hak Pekerja Rumah Tangga (bukan pembantu). Selain juga pernah bekerja di Perserikatan Solidaritas Perempuan dan hingga juga terlibat dalam pendirian Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi. Damai terlibat dalam demonstrasi dan aksi solidaritas penurunan Suharto di gedung DPR dan MPR di Senayan. Ketika itu, Damai menjadi salah seorang komandan lapangan dan pernah menjadi bendahara pertama Koalisi.


Damai aktif melakukan berbagai advokasi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan –termasuk anak -mulai dari kasus pelecehan seksual (yang dilakukan oleh orang-orang berkuasa) sampai isu poligami.

Untuk kerja, Damai adalah seorang fasilitator, trainer dan konsultan gender bergabung dalam Circle Indonesia suatu koperasi konsultan untuk Ornop/LSM sejak 2007. Hidup di Yogyakarta bersama putrinya Terra berusia 9 tahun dan pasangan hidupnya St Sunardi – seorang pengajar.


LATAR BELAKANG:

  • Manfaat sebagai anggota KPI belum dirasakan oleh sebagian besar anggota sehingga militansi dan loyalitas anggota KPI masih kurang.
  • Pendidikan kader di KPI terutama berbasis kelompok kepentingan belum berjalan dengan sistematis sehingga perspektif perempuan masih lemah diberbagai tingkatan pengurus dan anggota.
  • Sebagai ormas KPI belum mandiri, karena belum dijalankan dengan memaksimalkan sumber daya dan sumber dana anggota.
  • Struktur KPI yang ada sekarang belum memenuhi syarat untuk mendukung struktur ormas perempuan.



VISI:

Menjadikan KPI sebagai organisasi perempuan yang mandiri, bermanfaat dan bermakna bagi perempuan di Indonesia yang demokratis, adil dan setara.



MISI:

  • Memastikan KPI sebagai organisasi massa perempuan yang dibangun atas dasar rasa kepemilikan anggota.
  • Melakukan penguatan kelompok kepentingan melalui pengorganisasian.
  • Meningkatkan peran aktif KPI dalam melakukan advokasi kebijakan yang memihak perempuan dan kaum miskin di berbagai tingkatan mulai dari Balai Perempuan, Cabang, Wilayah, Nasional dan Internasional.