Jumat, 03 Juli 2009

Visi Misi - Presnas - Zohra Andi Baso



Perempuan Selalu Dikorbankan

Kini, telah mencapai tahun ke ke 11 Reformasi di Indonesia. Sebuah peristiwa yang monumental dalam sebuah proses demokrasi di Indonesia. Saat itu di Senayan ratusan ribu mahasiswa, buruh dan perempuan bergabung untuk mewujudkan demokrasi di Indonesia.

Saya bersama dengan aktivs perempuan lainnya yang bergabung dalam Koalisi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan dan Demokrasi mengusung agenda reformasi dan membuat pernyataan tentang situasi politik saat itu, diantaranya mendesak menurunkan soeharto dan kroninya, Kami bersama kelompok kritis lainnya tidak pernah meninggalkan senayan hingga Soeharto lengser. Saat itu kekuatan pro demokrasi sangat solid, kami kelompok perempuan secara bergantian mengatur jadwal untuk tetap tinggal disana. Dan setelah Soeharto lengser, kami terus melakukan pertemuan menyikapi kondisi negara dan kemudian berspekat melakukan Kongres Perempuan 1998 yang dilaksanakan di Yogyakarta dan ahirnya memperkokoh organisasi ”Koalisi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan dan Demokrasi”. Dan saat itu Nusyahbani sebagai sekjen terpilih meminta saya menjadi Deputi Sekjen untuk wilayah Indonesia Timur. Dan terahir saat Kongres ke II , saya terpilih sebagai Presidium Nasional dan disepakati sebagai Ketua Presdidium Nasional Koalisi Perempuan Indonesia.

Sebagai mantan wartawan, saya dikenal orang di sekitar saya beraliran ”keras”. Meski punya relasi yang luas di Sulsel, saya tak pernah kompromi jika berhadapan dengan masalah-masalah perempuan, masalah pelanggaran HAM, utang luar negeri, globalisasi dan setiap persoalan yang berhubungan rakyat kecil. Sebagai contoh, Bersama para aktivis lainnya, dan teman-teman dari Yayasan Lembaga Konsumen Sulawesi Selatan tidak berhenti memprotes kenaikan BBM, Tarif Dasar Listrik dan Telepon. Dan juga mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat kecil, merugikan perempuan, sejak era Soeharto sampai kini kepemimpinan SBY dan JK.

Walaupun saya lahir dari keluarga bangsawan, tidak menjadikan saya menjadi manja . Malah karena situasi itulah yang membuat saya berontak. Saya bertanya kenapa kita dibedakan dengan orang lain, kenapa mesti ada pembedaan dengan orang lain yang berada di rumah kami padahal dia juga saudara kita. Kenapa mesti mereka tidak bisa berjalan mendahului jika sedang berpapasan, kenapa mesti mereka berhenti untuk menunggu kami lewat. Situasi ini membuat saya merasa tida nyaman, sejak kecil dan saat dewasa menjadi mahasiswa saya mulai menyadari berbagai diskriminasi yang dialami penduduk Indonesia, khususnya di Sulsel.

Dalam kehidupan sehari-hari Saya terbiasa dengan kerja keras dan berusaha tidak berhenti berpikir dan menggagas berbagai konsep pemberdayaan rakyat yang tepat dalam gerakan LSM. Dan Keberadaan saya di KPI membuat saya tidak hanya memikirkan Sulawesi Selatan akan tetapi juga Indonesia.

Kemudian, Tidak banyak yang tahu, kalau saya pernah mendirikan Kelopak (Kelompok Peduli Anak) saat masih aktif sebagai mahasiswa Unhas. Kini, selain mengurus Yayasan Lembaga Konsumen, saya juga menggagas terbentuknya Forum Pemerhati Masalah Perempuan (FPMP), Koalisi Ornop Perempuan Sulawesi Selatan dan Forum Wartawan Perempuan Sulsel, Separuh hidup saya, saya baktikan demi gerakan LSM di daerah ini. Bahkan pada masa krisis ekonomi yang menyulitkan sebagian besar masyarakat Indonesia, saya melakukan terobosan dengan menggagas pembentukan program Pemulihan Keberdayaan Masyarakat (PKM) bersama Emil Salim, Zumrotin dan sejumlah tokoh nasional lainnya. PKM hingga kini terus eksis dan masyarakat kecil di Sulsel banyak mendapatkan manfaat dari program ini. Dan tentu saja tugas saya sebagai Presnas Koalisi Perempuan Indonesia

Jauh sebelum saya aktif di NGO, zaman mahasiswa tahun 1977- 1978, saya sudah mulai bersuara bersama-sama dengan aktivis perempuan lainnya tentang diskrimnasi terhadap perempuan. Saat itu kami protes karena aktivis perempuan pada pemerintahan kemahasiswaan hanya ditempatkan pada posisi seksi komsumsi, seksi keputrian, bendahara. Namun, patut dicatat kami tidak hanya sekedar protes, akan tetapi membentuk kelompok diskusi sesama perempuan yang membahas masalah-masalah sosial-ekonomi-politik. Hasilnya signifikan, teman-teman para aktivis perempuan sudah mulai disegani dan diberi posisi strategis, saat itu ada 6 posisi strategis ditempati perempuan dan semuanya menunjukkan hasil yang bagus.

Kemudian di KPI, saya tentu saja belajar banyak bagaimana berbuat dalam organisasi sehingga KPI dapat berkembang sebagai sebuah organisasi massa yang besar. Apalagi KPI adalah organisasi massa yang tentu saja pengembanannya tidak mungkin sama dengan taktik dan strategi di NGO.

Visi : Membangun gerakan perempuan dengan menumbuh kembangkan Koalisi Perempuan Indonesia sebagai sebuah organisasi massa untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender.

Misi :

  1. Memperkuat Koalisi Perempuan Indonesia dengan mengedepankan fungsi-fungsi akuntablitas, transparansi.
  2. Melakukan fungsi-fungsi presidium untuk memperkuat struktur organisasi dan keanggotaan dari tingkat Balai , Cabang, Wilayah hingga ke nasional.
  3. Melakukan upaya-upaya kongkrit bersama dengan Sekjen dan jajarannya untuk meningkatkan kapasitas anggota diseluruh struktur organisasi dengan memperkuat pengkaderan dan melibatkan pengurus dan angggota dalam berbagai kegiatan baik local, region , nasional dan Internasional untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu bekerja secara maksimal dalm organisasi .
  4. Mendorong presidium wilayah untuk menegakkan fungsi pengawasan dan sekaligus fungsinnya untuk memperkuat kelompok kepentingan .
  5. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terstruktur dari tingkat nasional hingga ke BP, Cabang , wilayah .
  6. Mendorong sekjen ditingkat nasional, sekwil ditingkat wilayah, Cabang dan BP di tingkat Kabupaten untuk aktif melakukan advokasi dalam berbagai issu termasuk perda disriminatif dan mendorong kebijakan yang berpihak kepada perempuan termasuk dalam ranah politik.
  7. Mengembangkan organisasi dengan memperhatikan prinsip pengorganisasian yang tertuang dalam AD/ART di seluruh wilayah Indonesia.
  8. Memperkuat organisasi dengan membangun mitra sejajar dengan seluruh institusi yang searah dengan perjuangan organisasi baik secara local, nasional, regional dan internasional dalam menegakkan kehidupan berdemokrasi di bumi ini.
  9. Mendorong Koalisi Perempuan Indonesia untuk selalu menjadi pionir dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender dan melakukan kampanye dan pemantauan pelaksanaan tentang hak asasi Manusia, hak asasi Perempuan dan anak termasuk seluruh kebijakan yang disepakati pemerintah Indonesia baik internasional, nasional dan local .